Seminggu yang lalu, aku memberanikan diri untuk ikut dalam kegiatan hiking bersama temanku
Dita ke
Gunung Andong. Sebenarnya tiga minggu sebelumnya kita juga sudah berencana untuk hiking, namun aku gagal ikut karena
Daniel datang secara tiba-tiba waktu itu. Oleh karena kegagalan tersebut, aku dan
Dita merencanakan ulang keberangkatan hiking ini.
Pukul 12.30 siang
Dita datang ke kost untuk menjemput, namun aku belum mempersiapkan logistik yang harus di bawa. Memang rencana hiking ini tidak mendadak, akan tetapi bagi pendaki pemula sepertiku, rasanya bingung untuk mempersiapkan apa yang harus di bawa. Alhasil aku hanya membeli mie, roti, dan sosis saja.
Kurang lebih satu jam kami menunggu teman-teman yang lain untuk berkumpul di kost pacarnya
Dita yang bernama Joko atau sering kami sebut
Mas Supri. Dan ketika jam sudah menunjukan pukul 2, kamipun segera bergegas untuk berangkat ke Magelang dimana
Gunung Andong berada. Kami berenam,
aku,
Dita,
Mas Supri, dan tiga temannya berangkat menggunakan 3 motor. Aku di bonceng oleh salah satu teman
Mas Supri yang bernama Mesakh.
Karena tidak terbiasa menggunakan motor, perjalanan ini terasa cukup jauh menurutku. Padahal hanya 1,5 jam saja kami sudah sampai di base-camp untuk menitipkan motor. Tidak ingin terburu-buru naik, kamipun beristirahat sejenak mengumpulkan tenaga untuk pertarungan nanti. Namun, hanya 15 menit saja waktu yang kami luangkan untuk beristirahat, karena mengingat hari semakin sore, akhirnya kami memutuskan untuk segera berangkat mendaki gunung dengan ketinggian 1726 mdpl ini.
I'm so happy melihat karya agung Tuhan di sekelilingku. Tumbuh-tumbuhan hijau, udara segar khas pedesaan, sungguh jarang aku temui dalam kehidupan sehari-hari. Saking senangnya, aku yang memimpin di depan walaupun tidak tahu arah -_- Namun sayang, semangatku menurun karena orang yang memboncengiku terkapar lemas di awal perjalanan. Mau tidak mau kami harus menunggunya kembali pulih untuk meneruskan perjalanan. Sempat terpikir kalau kita tidak jadi naik gara-gara kejadian ini, akan tetapi Mas Mesakh akhirnya bangun dan berusaha untuk melanjutkan perjalanan sampai ke puncak. Yeeaayy!! Akupun bersemangat dan memimpin barisan lagi (ง˘▽˘)ง
Jalan menanjak sangat membuat kami lelah, tak jarang kamipun berhenti untuk mengatur nafas yang terengah-engah. Ada yang minum, makan cemilan, dan ada juga yang merebahkan badan di sela-sela pemberhentian itu. Sempat gerimis ketika kami naik, namun Tuhan itu baik, hujanpun tidak turun sampai kami tiba di camping ground. Oh my God, I don't believe it.. Aku sudah berhasil melewati tanjakan-tanjakan itu! Thanks God, thanks :) Walaupun hanya 1726 mdpl, tapi tidak banyak orang bisa atau meluangkan waktu untuk menginjakan kakinya di gunung.
Sesampainya di camping ground, kami langsung mengeluarkan tenda dan memasangnya. Setelah tenda terpasang, aku dan
Dita membuat mie untuk mengisi perut yang kosong. Tidak ingin melewatkan malam begitu saja, kami berempat bermain kartu kecuali
Mas Supri dan Mas Mesakh yang sudah tidak kuat menahan matanya dan beranjak tidur. Lama-lama, rasa bosanpun melanda, Vian dan Andri (anak les
Mas Supri) kembali ke tenda mereka untuk ikut tidur bersama yang lain. Karena aku dan
Dita belum begitu ngantuk, akhirnya kamipun pergi duduk di luar tenda untuk melihat bintang. Kami bercerita kesana-kemari, dan sempat pula ada Mas-Mas yang ikut bergabung untuk mengobrol. Namun ketika angin malam mulai semakin kencang berhembus, kamipun segera kembali ke tenda untuk mengistirahatkan badan yang sudah terforsir dari tadi pagi.
Pagipun tiba. Aku yang terbangun langsung bergegas keluar untuk melihat sunshine. Dan ternyata, diluar sudah banyak orang berkumpul dan berdiri menghadap ke Timur dimana matahari akan terbit. Yes, finally an orange circle comes! It's so beautiful!
Sunshine ♥
Setelah puas melihat matahari terbit, aku dan
Dita mulai memasak. Bahan-bahan untuk membuat sup kami bawa dari Salatiga, ada juga kornet yang khusus di bawakan oleh teman
Mas Supri yang menyusul. Kita makan enak pagi itu. Walaupun nasi yang di masak berupa bubur karena tidak ada
aluminium foil. Tapi yang penting perut terisi dan kami bisa punya tenaga untuk turun gunung.
Tiba saatnya untuk kembali melangkahkan kaki. Perjalanan turun tentu tidak begitu melelahkan di banding dengan perjalanan naik sebelumnya. Namun kaki ini harus di paksa kuat untuk menopang berat badan. Aku sempat terjatuh 2 kali. Pertama aku terpeleset karena mataku terfokus untuk membalas sms masuk, kedua karena memang kaki sudah lelah menopang. Tapi untung saja hal buruk tidak terjadi.
Sekitar jam 12 kami sudah sampai di bawah. Seperti sebelumnya, kami tidak langsung bergegas pulang, akan tetapi kami merebahkan badan sejenak di base-camp. Ketika merasa cukup untuk beristirahat, akhirnya kamipun melanjutkan perjalanan pulang ke Salatiga.
Puncaakkk (┎ˇ▼ˇ┒)